Saturday, September 13, 2014

BERBAGI ILMU MENGEMBAN AMANAH

Memahami Potensi Diri

Bagaimana memahami potensi diri kita? Ya ada berbagai cara mulai dari tes minat dan bakat sampai mempelajari bakat diri kita yang sebenernya. Penulis akan mencoba pengalamannya di kampus pada saat kelas Budi Pekerti. Awalnya saya tidak tahu apa maksud dan tujuan arah pembicaraan ini kedalam pancasila dan psikologi, karna saya adalah mahasiswa psikologi saya pun menjadi mengerti bahwasannya pembicaraan ini penting untuk di bagikan kepada khalayak ramai dunia maya.
Potensi diri manusia diberikan Tuhan dengan bentuk dan cara yang berbeda, namun bagaimana individu itu sendiri yang akan mencari dan mengembangkan potensi diri. Seperti juga dengan saya, mengapa saya masuk ke psikologi? Pada awalnya keluarga saya semua masih ragu dan tidak yakin apakah ini adalah salah satu kemauan saya yang paling saya minati atau hanya karna saya ikut-ikutan teman. Namun sepanjang saya yakin saya pun akan membuktikan bahwa memang ini kemauan saya dan saya pun memang memiliki “passion” besar dalam hal ini, semua berawal dari teman-teman saya yang tidak sedikit meminta saran saya apabila mereka memiliki masalah yang rumit untuk diseleseikan. Oleh karna itu, apabila anda yang membaca postingan ini saya mohon untuk memperhatikan potensi diri anda sendiri dengan cermat karna Tuhan sudah menganugerahi kemampuan kepada kita dan itu tidak dimiliki orang lain.
            Kita masuk ke permasalahan dimana kita harus bersinergi kedalam pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia. Arti kata pancasila pun memiliki makna yang mendalam, oleh karnanya psikologi di Indonesia seharusnya mampu mengerti apa yang sebenarnya dibutuhkan orang-orang Indonesia terhadap psikolog-psikolog Indonesia. Ini menjadi penting ketika kita berbicara tentang sila-sila yang ada di pancasila dibahas secara mendalam lewat pandangan psikologi, seperti hal nya sila 1 dan 2 yang berisi ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Nah saya mengartikannya bahwasannya sila pertama membuktikan bahwa seseorang sebenarnya diajarkan untuk memiliki hubungan yang sama kuatnya antara Tuhan sang penciptanya juga dengan orang lain karna pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, tapi apa yang terjadi? Tidak demikian masyarakat Indonesia yang egois dan angkuh sudah tergambar dalam kehidupan sehari-hari dan juga pelecehan terhadap manusia menunjukan bahwa tidak adanya penghargaan terhadap manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Beralih ke sila 3, 4, dan 5 yang berisi tentang persatuan dan kepemimpinan, ini menjadi persoalan yang paling sering diperbincangkan apalagi tentang persatuan.  Ini menunjukan sebenarnya warga Indonesia diajarkan untuk bersatu dan saling bergotong royong satu sama lain untuk membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, tetapi kerjasama yang terjalin  selama ini hanyalah kerjasama yang bernilai negatif itu sama sekali tidak menunjukan kita sebagai bangsa yang besar. Dan permasalahan yang ada sebenarnya bukan dari kesejahteraan umum yang dicari dan digaungkan selama ini namun sosial yang rendah dan buruk lah yang menjadi alasan utama kenapa bangsa yang besar terlihat menjadi bangsa yang kecil dimata dunia.

Itulah yang dapat saya bagi kepada anda semua, apabila saya ada salah pendapat mau pun tulisan mohon dimaafkan. Selebihnya terima kasih atas perhatian dan kunjungan anda ke blog saya.

No comments:

Post a Comment