Memahami Potensi Diri
Bagaimana memahami potensi diri
kita? Ya ada berbagai cara mulai dari tes minat dan bakat sampai mempelajari
bakat diri kita yang sebenernya. Penulis akan mencoba pengalamannya di kampus
pada saat kelas Budi Pekerti. Awalnya saya tidak tahu apa maksud dan tujuan
arah pembicaraan ini kedalam pancasila dan psikologi, karna saya adalah
mahasiswa psikologi saya pun menjadi mengerti bahwasannya pembicaraan ini
penting untuk di bagikan kepada khalayak ramai dunia maya.
Potensi diri manusia diberikan
Tuhan dengan bentuk dan cara yang berbeda, namun bagaimana individu itu sendiri
yang akan mencari dan mengembangkan potensi diri. Seperti juga dengan saya,
mengapa saya masuk ke psikologi? Pada awalnya keluarga saya semua masih ragu
dan tidak yakin apakah ini adalah salah satu kemauan saya yang paling saya
minati atau hanya karna saya ikut-ikutan teman. Namun sepanjang saya yakin saya
pun akan membuktikan bahwa memang ini kemauan saya dan saya pun memang memiliki
“passion” besar dalam hal ini, semua berawal dari teman-teman saya yang tidak
sedikit meminta saran saya apabila mereka memiliki masalah yang rumit untuk
diseleseikan. Oleh karna itu, apabila anda yang membaca postingan ini saya
mohon untuk memperhatikan potensi diri anda sendiri dengan cermat karna Tuhan
sudah menganugerahi kemampuan kepada kita dan itu tidak dimiliki orang lain.
Kita masuk ke permasalahan dimana
kita harus bersinergi kedalam pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia. Arti
kata pancasila pun memiliki makna yang mendalam, oleh karnanya psikologi di
Indonesia seharusnya mampu mengerti apa yang sebenarnya dibutuhkan orang-orang
Indonesia terhadap psikolog-psikolog Indonesia. Ini menjadi penting ketika kita
berbicara tentang sila-sila yang ada di pancasila dibahas secara mendalam lewat
pandangan psikologi, seperti hal nya sila 1 dan 2 yang berisi ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Nah saya mengartikannya bahwasannya sila
pertama membuktikan bahwa seseorang sebenarnya diajarkan untuk memiliki
hubungan yang sama kuatnya antara Tuhan sang penciptanya juga dengan orang lain
karna pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, tapi apa yang terjadi? Tidak
demikian masyarakat Indonesia yang egois dan angkuh sudah tergambar dalam
kehidupan sehari-hari dan juga pelecehan terhadap manusia menunjukan bahwa
tidak adanya penghargaan terhadap manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Beralih
ke sila 3, 4, dan 5 yang berisi tentang persatuan dan kepemimpinan, ini menjadi
persoalan yang paling sering diperbincangkan apalagi tentang persatuan. Ini menunjukan sebenarnya warga Indonesia
diajarkan untuk bersatu dan saling bergotong royong satu sama lain untuk
membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, tetapi kerjasama yang
terjalin selama ini hanyalah kerjasama
yang bernilai negatif itu sama sekali tidak menunjukan kita sebagai bangsa yang
besar. Dan permasalahan yang ada sebenarnya bukan dari kesejahteraan umum yang
dicari dan digaungkan selama ini namun sosial yang rendah dan buruk lah yang
menjadi alasan utama kenapa bangsa yang besar terlihat menjadi bangsa yang
kecil dimata dunia.
Itulah
yang dapat saya bagi kepada anda semua, apabila saya ada salah pendapat mau pun
tulisan mohon dimaafkan. Selebihnya terima kasih atas perhatian dan kunjungan
anda ke blog saya.
No comments:
Post a Comment